Nama : Nurul Khabibah
Kelas : 12.4A.35 MI
Mata
Kuliah : Perancangan Manajemen Proyek
Sistem Informasi (Pertemuan 2)
Peranan Perancangan Manajemen Proyek Sistem Informasi
Manajemen merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin, dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang lain untuk
mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah dibentuk (Soeharto, 2001
:21). Proyek merupakan suatu usaha yang bersifat sementara untuk menghasilkan
produk atau layanan yang unik (Schwalbe, 2006 :4). Manajemen proyek merupakan
kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber
daya organisasi perusahaan mencapai tujuan dalam waktu tertentu dengan sumber
daya tertentu (Budi Santosa, 2003 :3).
Setiap proyek mempunyai
batasan yang berbeda terhadap ruang lingkup, waktu, biaya,yang biasanya disebut
sebagai triple constraint (Tiga Kendala). Setiap proyek manajer harus memperhatikan
hal penting dalam manajemen proyek. Pertama, ruang lingkup (scope): Apa yang
ingin dicapai dalam proyek? Produk atau layanan apa yang pelanggan harapkan
dari proyek tersebut? Kedua,waktu (time): Berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan proyek? Bagaimana jadwal kegiatan proyek akan dilaksanakan?
Ketiga, biaya (cost): Berapa biaya yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan
proyek?
Ketiga batasan tersebut bersifat tarik-menarik.
Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam
kontrak maka umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu yang selanjutnya
berakibat pada naiknya biaya melebihi anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan
biaya makabiasanya harus berkompromi dengan mutu dan jadwal. Menurut Schwalbe
(Schwalbe, 2006:72-73), pengembangan manajemen proyek terdiri dari lima tahap.
Pertama, Inisiasi. Inisiasi merupakan proses mengenal dan memulai sebuah proyek
baru atau fase proyek. Menurut Schwalbe (2006:72), tindakan yang harus
dilakukan manajer proyek dan manajemen senior dalam inisiasi proyek adalah
sebagai berikut: Dengan cepat menentukan sebuah tim proyek yang kuat;
Mendapatkan keterlibatan pemegang saham di dalam awal proyek; Menyiapkan
analisis lebih detail dari masalah bisnis dan mengembangkan teknik perbandingan
proyek; Menggunakan pendekatan fase per fase; Menyiapkan rencana yang berguna
dan realistis untuk proyek.
Kedua,
Perencanaan. Perencanaan merupakan proses yang paling sulit dan tidak
diperhatikan dalam manajemen proyek. Tujuan utama perencanaan proyek adalah
sebagai panduan dalam pelaksanaan proyek. Untuk itu, rencana yang dibuat harus
realistis dan berguna. Ketiga, Eksekusi. Eksekusi proyek melibatkan pengambilan
tindakan yang perlu dilakukan untuk meyakinkan bahwa aktivitas di dalam rencana
proyek terselesaikan dengan baik. Produk dari proyek dihasilkan selama eksekusi
proyek dan biasanya memakan banyak sumber daya untuk diselesaikan. Keluaran
yang paling penting adalah hasil kerja atau pengiriman produk. Keempat,
Pengontrolan. Pengontrolan merupakan proses untuk membandingkan kemajuan proyek
dengan objektif proyek, pengawasan penyimpangan dari rencana, dan mengambil
tindakan korektif untuk menyesuaikan kemajuan dengan rencana. Kelima,
Penutupan. Proses penutupan proyek meliputi kegiatan untuk mendapatkan
penerimaan pemegang saham dan pelanggan dari produk akhir dan proyek atau fase
proyek, untuk pemesanan akhir. Hal itu meliputi verifikasi terhadap semua
pekerjaan yang sudah diselesaikan dan menyangkut audit proyek.
Menurut Soeharto (Soeharto, 2001:471), Pinto dan
Slevin pada tahun 1988 telah menyelidiki lebih dari 400 proyek, dan menemukan
CSF yang berikut ini berdasarkan urutannya. Pertama, Misi Proyek. Harus
memiliki tujuan dan arah yang jelas mengenai proyek diadakan. Hal tersebut
harus dimengerti oleh tim proyek dan bidang yang terkait di dalam perusahaan serta
stakeholders yang memiliki peranan penting. Kedua, Dukungan dari Manajemen
Atas. Dukungan dapat diberikan dalam bentuk penyediaan sumber daya yang
diperlukan, memberikan otoritas yang cukup untuk pelaksanaan implementasi,
mengikuti dan memperhatikan beberapa aspek kritis proyek, serta turun tangan
dalam penyelesaiannya. Ketiga, Perencanaan dan penjadwalan. Proyek harus
memiliki perencanaan dan jadwal secara keseluruhan seperti milestone(suatu
kegiatan penting dalam proyek dengan durasi = 0), jadwal penyerahan produk yang
dibuat, dan lain-lain. Dalam hal ini termasuk sistem pelaporan dan
monitoringyang efektif untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyimpangan. Keempat,
Konsultasi Dengan Pemilik Proyek. Konsultasi dengan pemilik proyek dari waktu
ke waktu selama penyelenggaraan proyek akan sangat memperlancar pelaksanaan
tahap implementasi sejauh mana keinginan peranan pemilik. Kelima, Personel.
Berhubungan dengan memilih, melakukan negosiasi, merekrut, serta pembinaan tim
kerja yang efektif. Dengan kata lain, personel berhubungan dengan orang-orang
yang cocok ditugaskan ke dalam tim proyek.
Keenam, Kemampuan Teknis. Pelaksana proyek harus
memiliki kemampuan teknis dan menguasai betul-betul teknologi proyek yang akan
dikerjakan. Ketujuh, Penerimaan dari pihak pemilik proyek. Pemilik proyek,
terutama pada akhir tahap implementasi ikut aktif melakukan testinguji coba dan
sertifikasi (pemilik proyek menerima produk yang dihasilkan tersebut). Kedelapan,
Pemantauan, pengendalian, dan feedback. Diperlukan guna mengetahui sejauh mana
hasil pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, terutama anggaran. Disini
diperlukan metode yang dapat meramalkan hasil kegiatan akhir proyek bilamana
kondisi seperti saat pelaporan tidak berubah. Dengan demikian, dapat diadakan koreksi
sesuai keperluan. Kesembilan, komunikasi. Terbinanya komunikasi yang baik
antara peserta proyek (tim proyek) dan stakeholders yang terkait diperlukan
untuk mencegah duplikasi kegiatan maupun salah pengertian. Dengan komunikasi
yang baik akan dapat dibicarakan persoalan yang timbul selama proses
implementasi. Kesepuluh, Trouble Shooting. Mekanisme itu membantu memperkirakan
persoalan yang akan terjadi di kemudian hari sehingga jauh sebelumnya sudah
diberikan perhatian yang seksama (menangani krisis dan hambatan yang terjadi).
Banyak
proyek perangkat lunak mengalami kegagalan karena spesifikasi desain atau waktu
dan perkiraan biaya. Kebanyakan permasalahan proyek tidaklah nyata, bahkan
sampai akhir proyek tersebut. Lyytinen dan Hirschheim mengidentifikasi empat
kategori utama kegagalan proyek perangkat lunak. Pertama, kegagalan
penyesuaian: kegagalan sistem pada sasaran desain. Hal itu adalah suatu
kegagalan teknis dalam pengkodean pada komputer. Kedua, kegagalan proses:
kegagalan penyelesaian suatu proyek dengan tepat waktu dan sesuai dengan
anggaran. Sistem bekerja secara teknis tetapi tidak ekonomis dan tidak sesuai
dengan perencanaan bisnis. Ketiga, kegagalan interaksi: terjadi ketika suatu
sistem tidaklah digunakan sesuai dengan rencana. Interaksi antara tim proyek
dengan usertidak berjalan dengan sistematis dan efektif. Keempat, kegagalan
harapan: terjadi ketika sistem tidak dapat memenuhi syarat yang diharapkan.
Sistem mungkin akan menampilkan secara teknis, sesuai dengan waktu maupun
anggaran tetapi mungkin tidak dapat melakukan tugas manajemen.
Menurut Budi Santosa (Budi Santosa, 2004:7), secara
garis besar proyek memiliki empat tahapan berikut. Pertama, Tahap Konsepsi.
Tahap menyusun dan merumuskan gagasan, menganalisis pendahuluan, dan melakukan
studi kelayakan. Kedua, Tahap Pendefinisian. Tahap kegiatan penyiapan rencana
proyek secara detail dan penentuan spesifikasi proyek secara rinci. Ketiga,
Tahap Akuisisi. Tahap kegiatan yang terdiri dari desain, pengadaan fasilitas
pendukung maupun material untuk tahap selanjutnya, produksi, dan implementasi.
Keempat, Tahap Operasi. Tahap akhir suatu proyek dan proyek diserahkan kepada
user. Tahap itu terjadi tergantung pada jenis proyek.
Menurut Schwalbe (Schwalbe, 2006:10), Sembilan area
pengetahuan manajemen memiliki fungsi yang saling terkait satu sama lainnya di
dalam area pengetahuan manajemen tersebut. Manajer proyek harus mempunyai
pengetahuan dan keahlian di dalam sembilan area ini.
Empat inti area pengetahuan manajemen proyek meliputi
manajemen lingkup proyek, waktu, biaya, dan manajemen kualitas. Pengetahuan
manajemen itu dapat membantu manajer proyek untuk menentukan sumber daya
manusia, komunikasi, risiko, dan manajemen pengadaan proyek.
Sembilan area manajemen proyek sebagai berikut.
Pertama, Manajemen Ruang Lingkup Proyek. Menurut Schwalbe (Schwalbe,
2006:167-189), ruang lingkup proyek mencakup semua proses yang terlibat dalam
pendefinisian dan pengaturan mengenai segala sesuatu yang termasuk atau tidak
didalam proyek. Hal itu untuk meyakinkan bahwa tim proyek dan
stakeholdersmempunyai pengertian yang sama mengenai produk yang akan diproduksi
sebagai hasil proyek dan proses yang akan digunakan dalam memproduksi proyek tersebut.
Lima proses utama dalam manajemen ruang lingkup proyek adalah Perencanaan Ruang
Lingkup (Scope Planning); Definisi ruang lingkup (scope definition); Membuat
Work Breakdown Structure (WBS); Verifikasi Ruang Lingkup (Scope Verification);
Pengendalian Ruang Lingkup (Scope Control).
Kedua, Manajemen Waktu Proyek. Menurut Scwalbe
(Schwalbe, 2006:203-231), Manajemen Waktu Proyek meliputi perkiraan berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perkerjaan, mengembangkan jadwal
penerimaan proyek, dan memastikan
penyelesaian proyek tepat pada waktunya. Terdapat enam proses utama dalam manajemenwaktu
proyek yang terdiri dari: Definisi Aktivitas (Activity Defintion); Barisan
aktivitas (Activity Sequencing); Aktivitas Perkiraan Durasi (Activity Duration Estimating);
Pengembangan Jadwal (Schedule Development); Pengendalian Jadwal (Schedule
Control).
Ketiga, Manajemen Biaya Proyek. Menurut Schwalbe
(Schwalbe, 2006:251-257), Project Cost Management terdiri dari aktivitas
persiapan dan pengaturan anggaran untuk proyek. Manajemen biaya proyek
melibatkanproses yang dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa proyek terselesaikan
dengan anggaran yang dianjurkan. Seorang manajer proyek harus dapat meyakinkan
bahwa proyek sudah didefinisikan dengan baik, mempunyai perkiraan waktu dan
harga yang akurat, dan mempunyai anggaran yang realistis dan tim proyek
terlibat dalam hal penganjuran tersebut. Proses yang terlibat dalam manajemen
biaya proyek adalah perkiraan biaya (Cost Estimating) dan enganggaran biaya
(Cost Budgeting).
Keempat, Manajemen Kualitas Proyek. Menurut Schwalbe
(Schwalbe, 2006:293-294), tujuan utama manajemen kualitas proyek adalah
menyakinkan bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan yang akan diambil. Tim proyek
harus mengembangkan hubungan yang baik dengan stakeholders kunci, khususnya
pelanggan utama proyek tersebut untuk mengerti kualitas yang ada di dalamnya.
Jika stakeholders proyek tersebut tidak puas dengan kualitas manajemen proyek
atau hasil produk suatu proyek maka tim proyek harus membetulkan ruang lingkup,
waktu, dan biaya untuk memenuhi kebutuhan stakeholders dan harapannya. Oleh
karena itu, tim proyek harus mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan
sesama
stakeholders dan mengerti kebutuhan mereka. Proses yang terlibat dalam
manajemen kualitas proyek adalah perencanaan kualitas (Quality Planning),
meyakinkan kualitas (Quality Assurance), dan pengontrolan kualitas (Quality
Control).
Kelima, Manajemen Sumber Daya Manusia Proyek. Menurut
Schwalbe (2006:345-346), Manajemen sumber daya manusia proyek melibatkan proses
yang dibutuhkan untuk melakukan efektivitas dari penggunaan orang yang terlibat
dengan proyek. Manajemen sumber daya manusia menyangkut semua stakeholders proyek,
seperti sponsor, pelanggan, anggota tim proyek, staf pendukung, para penjual
yang mendukung proyek, dan lain–lain. Proyek utama yang terlibat dalam
manajemen sumber daya manusia proyek adalah perencanaan sumber daya manusia
(Human Resource Planning), perekrutan tim proyek (Acquiring the Project Team),
pengembangan tim proyek (Developing The Project Team), dan pengaturan tim
proyek (Managing The Project Team).
Keenam, Manajemen Komunikasi Proyek. Menurut Schwalbe
(2006:388), tujuan manajemen komunikasi proyek adalah untuk meyakinkan waktu
dan turunan yang benar, pengumpulan, penyebaran, penyimpanan, dan penempatan
dari informasi proyek. Proses utama dalam manajemen komunikasi proyek adalah
perencanaan komunikasi (Communication Planning), pendistribusian informasi
(Information Distriution), pelaporan kinerja (Performance Reporting), dan
pengaturan stakeholders(Managing Stakeholders).
Ketujuh, Manajemen Risiko Proyek. Menurut Schawlbe
(2006:425-429), Manajemen risiko proyek merupakan seni dan ilmu
pengindentifikasian, penganalisaan, dan penanggapan terhadap risiko melalui
siklus hidup proyek dan berpatokan pada tercapainya tujuan proyek. Tujuan
manajemen risiko proyek dapat dipandang sebagai peminimalan risiko negatif
potensial dan pemaksimalan risiko positif potensial. Menurut Pressman
(2003:146-149), risiko selalu melibatkan dua karakteristik, yaitu
ketidakpastian (Uncertainty) dan kerugian (Loss).
Kedelapan, Manajemen Pengadaan Proyek. Menurut
Schwalbe (2006 :467-471), Pengadaan (procurement) proyek mempunyai arti
mendapatkan barang atau jasa dari sumber daya luar. Manajemen pengadaan proyek
itu sendiri meliputi proses yang dibutuhkan untuk mendapatkan barang atau jasa
untuk proyek dari luar. Enam proses utama dalam manajemen pengadaan proyek adalah
merencanakan pembelian dan perolehan (Planning, Purchases and Acquisitions),
merencanakan kontrak (Planning Contracting), meminta tanggapan penjual
(Requestng Seller Responses), memilih penjual (Selecting Seller), mengatur
kontrak (Administering The Contract), dan menutup kontrak (Closing the
Contract).
Kesembilan, Manajemen Integrasi Proyek. Menurut
Schwalbe (2006:116-117), Manajemen integrasi proyek meliputi proses yang
terlibat di dalam mengkoordinasi semua area pengetahuan manajemen proyek
lainmelalui daur hidup proyek. Hal itu untuk meyakinkan bahwa semua elemen
proyek digunakan bersama pada waktu yang tepat untuk menyukseskan suatu proyek.
Tujuh proses utama dalam manajemen integrasi proyek adalah mengembangkan
Project Charter, membangun preliminary project scope statement, membangun
perencanaan manajemen proyek, mengarahkan dan mengatur eksekusi proyek secara
langsung, memantau dan mengendalikan kerja proyek, menampilkan pengontrolan
perubahan yang terigentrasi, dan menutup proyek.
Referensi :
[1] Santoso, Budi. 2003. Manajemen Proyek. Jakarta: Guna Widya.
[2]Schwalbe, Kathy. 2006. Information Technology Project Managemen. Edisi
ke-4. Boston Massachusetts: Couerse Technology.
[3]Soeharto, Iman. 2001. Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai
Operasional.Jilid 2. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar